Gunung Raung ini terletak di antara
Kab. Banyuwangi, Kab. Bondowoso dan Kab. Jember, Gunung Raung mungkin masih belum terkenal
baik dari dalam maupun luar negeri, di karenakan belum adanya promosi dan minat
yang besar dari pendaki, tetapi baru-baru ini sudah mulai banyak pendaki yang
melirik Gunung ini baik warga asing maupun lokal, walupun masih beberapa orang
dan masih didominasi oleh turis asing Gunung Raung ini memiliki tantangan
tersendiri baik dari jalur pendakian yang masih asri ( belum banyaknya pendaki
) maupun ketika sampai di puncak. (Bagi pendaki pemula di harapkan berfikir dua kali jika belum di dampingi oleh pendaki profesional dan tentunya fasilitas peralatan climbing setidaknya standart climbing )
Pemandangan Gunung Raung dari kejauhan, sumber google. |
Gunung yang masih masuk wilayah
Banyuwangi ini memiliki ketinggian 3.332 m dpl, berada dalam jajaran Pegunungan
Ijen dan termasuk sebagai gunung berapi yang masih aktif dengan tipe
stratovolcano, mempunyai kaldera di puncaknya yang berbentuk lingkaran
(circular), Kaldera Gunung Raung mempunya dimensi luasan sekitar 750 m x 2,250
m dan masih selalu mengeluarkan asap dan semburan api.
Jalur Pendakian Gunung Raung via
Kalibaru (Puncak Sejati) Banyuwangi.
Jalur Pendakian Gunung Raung via Sumber
Waringin (Puncak Bayangan) Bondowoso.
Peta Dua Jalur Pendakian Gunung
Raung Jalur
Pendakian Via kalibaru
Pendakian Via kalibaru
Sumber google. |
Sumber google. |
Via Sumber Waringin
Perijinan Via Sumber Waringin ( Bondowoso ) :
Transportasi dan Perijinan Via
Sumber Waringin
Dari Bondowoso carilah angkutan
menuju Wonosari dan turun di pertigaan Gardu Atta, dari pertigaan ini kita
lanjutkan dengan angkutan menuju ke desa Sumber Waringin.Dan dilanjutkan ke
Pesanggrahan, yaitu pos perijinan atau basecamp pendakian ke gunung raung.
Untuk ke pesanggrahan kita jalan
kaki saja karena hanya beberapa ratus meter saja dari tempat turunnya angkot ke
desa Sumber Waringin tempat perijinan. Sesampainya di basecamp, kita akan bertemu
penjaga yaitu seorang ibu setengah baya, yang ramah dan baik hati.
Urusan administrasi silahkan bahas
sendiri dengan ibu ini, dan terkadang dia menawarkan jasa buat masakin para
pendaki,
Perijinan Via Kalibaru ( Banyuwangi )
Dari arah Surabaya – Kalibaru bisa
naik Bus atau Kereta Api.
Sebelum melakukan
pendakian kita harus mengurus surat ijin kepada Kecamatan, kepolisian dan
perhutani (berupa izin tertulis kalo kita melakukan pendakian, waktu dan
peserta), setelah selesai mengurus perijinan kita bisa cari ojek menuju rumah
Bp. Suto di dusun Wonorejo Rt 01/01 Desa Kalibaru Wetan – Banyuwangi.
Menggunakan ojek motor, nama Bp.
Suto yang seorang purnawirawan AD ternyata sudah cukup familiar ditelinga para
tukang ojek St. Kalibaru. Jalur pendakian Via Kalibaru (Puncak Sejati) Gunung
Raung jalur kalibaru merupakan jalur pendakian terekstrim di Pulau Jawa, dimana
diperlukan waktu pendakian normal selama 6 hari yang tentunya diperlukan juga
fisik dan mental yang bagus serta peralatan khusus dan tekhnik pemanjatan untuk
menggapai puncak sejatinya.
Berikut ini adalah jalur pendakian
dan pos yang akan dilewati untuk mencapai Puncak Sejatinya:
PendakianVia Kalibaru ( Banyuwangi )
Basecamp Rumah Pak Suto,– Pos1
Dimulai dari Basecamp/rumah Pak Suto akan berjalan sejauh 5600 m, melewati
perkebunan penduduk yang mayoritas adalah perkebunan kopi, dan sekitar 2,5 jam
kemudian akan tiba di Pos 1(ditandai dengan sebuah rumah bekas di tengah kebun
kopi milik Pak Sunarya), di sebelah kiri jalur Pos 1 ini ada jalur menuju
sungai yang merupakan sumber air terakhir di jalur pendakian ini.
Penting !!
disini diharapakan setiap pendaki
untuk mengisi perbekalan air sebelum melanjtukan pendakian, dimana minimal setiap
pendaki harus membawa 10 liter air. Apabila ingin mempersingkat waktu dan
efektifitas tenaga maka untuk menuju Pos 1 dapat dilakukan dengan menggunakan
kendaraan ojek dari basecamp, Pos 1 ini terletak pada ketinggian 980 mdpl.
Pos 1 – Pos 2 Dari Pos 1 berjalan
akan berjalan melewati batas perkebunan dan hutan, kemudian mulai memasuki
hutan yang lebar namun lebat dengan pepohonan dimana terdapat banyak pohon dan
semak berduri, jalan yang dilalui belum banyak menanjak dan cenderung melipir
menyisiri hutan. Diperlukan waktu normal selama kurang lebih 4 jam untuk
menempuh jarak dari Pos 1 menuju Pos 2 sejauh 4130 meter. Pos 2 ini merupakan
tempat camp yang terluas selama jalur pendakian dan pendaki dapat bermalam
disini. Pos 2 ini terletak pada ketinggian 1431 mdpl.
Pos 2 – Pos 3 Dimulai dari Pos 2
inilah para pendaki akan mulai melalui jalur menanjak mengikuti punggungan dan
tidak lagi melipir. jalur yang dilalui cukup sempit dimana di sebelah kirinya
adalah jurang. Diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk mencapai Pos 3, di pos 3
ini terletak persis di tengah jalur pendakian namun agak luas dan dapat
mendirikan camp dengan 2 tenda.Camp 3 terletak pada ketinggian 1656 mdpl.
Pos3 – Pos 4 Lepas dari pos 3
pendakian dimulai dengan melalui jalan landai, kemudian akan melewati turunan
sebelum berpindah punggungan dan melalui jalan menanjak yang cukup panjang.
Setelah kurang lebih 2 jam akan tiba di Pos 4, sebuah tanah lapang yang sempit
namun dapat digunakan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pendakian.
Pos 4 terletak pada ketinggian 1855 mdpl.
Pos 4 – Pos5 Pendakian pada rute ini
masih tetap dalam satu punggungan namun jalur yang dilalui semakin terjal dan
rapat dimana banyak terdapat pohon berduri(disarankan selama pendakian
menggunakan pakaian lengan panjang), bila hujan jalur ini akan menjadi sangat
licin. Waktu yang diperlukan untuk melalui rute ini adalah selama lebih kurang
45 menit. Pos 5 ini tidak terlalu luas namun sedikit di bawah pos 5 juga
terdapat tempat yang cukup luas untuk beristirahat dan biasanya di area pos 5
ini digunakan untuk tempat beristirahat makan siang sebelum melanjutkan
pendakian. pos 5 terletak pada ketinggian 2115 mdpl.
Pos 5 – Pos 6 Setelah beristirahat
di pos 5 bersiaplah kita untuk melanjutkan pendakian yang semakin berat dimana
jalurnya semakin terjal serta tipis dimana kanan-kiri jurang untuk itulah
diharapkan berhati-hati saat melintasi rute ini. Rute ini tidak terlalu lama
karena hanya sekitar 30 menit akan tiba di Pos 6. Di pos 6 ini terdapat area
camp yang berundak – undak sebanyak 3 undakan dan dapat digunakan untuk tempat
bermalam. Pos 6 terletak pada ketinggian 2285 mdpl.
Pos 6 – Pos 7 Pendakian pada rute
ini semakin berat dimana akan semakin mendekati puncak Gunung Wates, yang
tentunya jalurnya pun semakin terjal, jalur pendakian semakin terbuka dan udara
semakin dingin diiringi angin yang semakin kencang dan kabut tipis yang mulai
turun menutupi jalur pendakian. Setelah sekitar 45 menit kita akan tiba di pos
7, yang merupakan camp di area terbuka, sebuah dataran yang cukup luas dan terbuka,
dapat mendirikan 3 tenda.
Di pos 7 ini kita dapat menikmati
pemandangan negeri di atas awan yang sangat indah, dimana di depan terdapat
puncak Gunung Wates, sebelah kiri dan kanan kita dapat melihat berjajar
punggungan serta lembahan, dari kejauhan juga mulai tampak puncak raung yang
berbentuk bebatuan, apabila malam dan kondisi cerah pemandangan bintang-bintang
yang bertebaran di langit yang memancarkan sinarnya serta gemerlap lampu-lampu
di perkotaan yang tampak dari kejauhan akan menjadi pemandangan yang dapat kita
nikmati di malam hari, di pos 7 ini pun mulai terdapat bunga edelweis. Kondisi
di pos 7 ini tanahnya rawan longsor dan juga udara dingin serta angin yang
berhembus kencang dikarenakan areanya yang sangat terbuka, untuk itulah agar
berhati-hati jika ingin bermalam di pos 7 ini. pos 7 terletak pada ketinggian
2541 mdpl.
Pos 7 – Pos 8 Perjalanan dari pos 7
menuju pos 8 diawali dengan melewati punggungan terakhir menuju puncak Gunung Wates
selama sekitar 45 menit, sementara itu jalurnya cukup terjal dan rapat oleh
pohon berduri. Dari puncak Gunung Wates pendakian dilanjutkan dengan menyisiri
punggungan yang sangat tipis dengan bibir jurang yang sangat membutuhkan
konsentrasi dan kehati-hatian. Setelah berjalan melipir kita akan mulai melalui
jalur menanjak dimana mulai terdapat vegetasi khas puncak gunung. Total waktu
menuju pos 8 ini adalah sekitar 2 jam perjalanan normal. Pos 8 terletak pada
ketinggian 2876 mdpl.
Pos 8 – Pos 9 Inilah rute terakhir
yang harus dilalui sebelum mencapai puncak gunung raung, pada rute ini jalurnya
semakin terjal, mulai banyak bunga edelweiss, vegetasinya pun semakin jarang
dan pepohonan tua yang menjadi ciri khas sebelum puncak gunung. Setelah
berjalan sekitar 1 jam barulah kita tiba di pos 9 yang merupakan camp terakhir
yang dapat kita gunakan untuk beristirahat, di pos 9 ini merupakan batas
vegetasi sebelum melewati bebatuan untuk mencapai puncak raung. Pos 9 terletak
pada ketinggian 3023 mdpl.
Pos 9 – Puncak Raung Dari pos 9 yang
merupakan batas vegetasi selanjutnya kita berjalan selam lebih kurang 10 menit
dan akan tiba di puncak semu Gunung Raung 3154mdpl, tak jarang puncak ini juga
dinamakan puncak kalibaru sebagai mana jalur pendakian ini.
Di atas puncak inilah kita kembali
dapat menikmati keindahan negeri di atas awan, dimana dapat memandangi indahan
awan yang serasa begitu dekat dan sejajar dengan kita, dari kejauhan tampak
menjulang deretan punggungan Gunung Argopuro dan Semeru, sementara pada arah
sebaliknya dapat memandangi laut dan pulau Bali di seberang sana, selain itu di
depan kita telah tampak jalur menuju Puncak Sejati yang sangat menantang,
bebatuan dengan kanan kiri jurang dalam yang cukup memacu adrenalin kita
sebelum menapakinya, dan yang tidak kalah juga adalah pemandangan puncak 17
yang berbentuk Piramida yang seoleh mengundang kita untuk segera mencapai
puncaknya.
Puncak Raung – Puncak Sejati Gunung
Raung Inilah rute pendakian terakhir dan juga terekstrim yang harus kita lalui
untuk mencapai Puncak Sejati. Dimulai dari puncak Raung kita berjalan turun
menyisiri bibir jurang lalu mengikuti sebuah jalan landai dan akan tiba di
titik ekstrim yang pertama, di titik ini kita harus melewati tebing bebatuan
dimana di sebelah kanan adalah jurang sedalam 50 meter, untuk itulah di titik
ekstrim pertama ini kita memasang jalur pemanjatan kurang lebih 5 meter, di
jalur telah terpasang 1 buah hanger, 1 bolt dan di titik anchor atasnya
terdapat pasak besi yang telah tertanam, dapat digunakan sebagai anchor utama.
Setelah melewati titik ekstrim 1
kita terus bejalan menanjak menuju puncak 17 Piramida, sampai pada titik
ekstrim yang kedua yaitu 10 meter sebelum puncak 17. Disini kita kembali harus
membuat jalur pemanjatan, dimana leader melakukan artificial climb selajutnya
setibanya di puncak 17 memasang fix rope untuk dilalui orang selanjutnya dengan
teknik jumaring. Selanjutnya pendakian dilakukan dengan melipir dan menuruni
bibir jurang yang tipis sekali, disini merupakan titik ekstrim ketiga yang juga
harus dipasangi pengaman bisa dengan menggunakan tali kernmantel ataupun dengan
membentangkan webbing sejauh kurang lebih 10 meter. Selepas dari titik ekstrim
ketiga ini kita terus berjalan agak landai menelusuri jalan setapak yang sangat
tipis sekali dengan kanan kiri jurang sedalam 50 meter.
Akhirnya tibalah kita di titik
ekstrim yang keempat/terakhir dimana kita harus memasang jalur untuk menuruni
tebing 15 meter dan menggunakan teknik rappelling untuk mencapai ke bawah.
Sesampainya di bawah kita masih
harus melanjutkan perjalanan, agak berjalan menurun ke bawah kita tiba di
sebuah tempat lapang dan teduh yang biasanya digunakan untuk tempat
beristirahat sebelum melalui tantangan terakhir yaitu mencapai puncak tusuk
gigi(bentuknya menyerupai tusuk gigi) dan puncak sejati. Dari tempat istirahat
ini perjalanan kembali menanjak dengan tingkat kemiringan yang cukup terjal
dimana jalur yang harus dilalui adalah batuan lepas dan berpasir yang apabila
diinjak rawan sekali untuk longsor, untuk itulah diperlukan kehati-hatian dan
menjaga jarak antar pendaki selama melewati jalur ini agar apabila longsor
batuan lepas tersebut tidak membahayakan pendaki di bawahnya.
Setelah mengakhiri tanjakan pada
jalur bebatuan ini tibalah kita di puncak tusuk gigi yang terdapat banyak
bebatuan besar, setelah itu dari puncak tusuk gigi kita melipir ke belakang dan
kemudian berjalan agak menanjak sekitar 100 meter tibalah kita di tempat yang
menjadi tujuan akhir dari pendakian ini.
ya itulah PUNCAK SEJATI GUNUNG RAUNG 3344
MDPL, ditandai dengan sebuah triangulasi dan plang puncak sejati serta
pemandangan sebuah kawah besar yang masih aktif yang setiap saat mengeluarkan
asapnya.
Catatan:
Pada saat melakukan pendakian
disarankan para pendaki menggunakan pakaian safety (baju dan celana panjang,
jika perlu dilengkapi geiters dikarenakan jalur yang dilalui banyak pohon
berduri, dan pacet, serta hutan yang rapat). Setiap pendaki minimal membawa 10
liter air dikarenakan sumber air hanya terdapat di pos 1, dan untuk
mengantisipasi kekurangan air di setiap camp disarankan membuat penampungan
air/tendon(paling sederhana dengan membuatnya dari botol aqua besar yang
dipotong terlebih dahulu).
Pada saat menuju puncak sejati,
tenda dan perlengkapan lainnya ditinggal di pos 4, dan hanya membawa daypack
berisikan makanan, minuman dan perlengkapan pemanjatan(perlengkapan standar : tali
kernmantel statis min 1 buah dengan panjang min 30 meter, webbing, carabiner
screw dan non screw, jumar, figure of eight, prusik, harnest serta untuk
mengantisipasi dapat pula membawa pasak besi untuk anchor tanam)
Pendakian Via Sumber Waringin
Pondok motor
Sumber google. |
Inilah shelter pertama, biasanya ada
beberapa menawarkan jasa ojek ke tempat ini. Lumayan, kita bisa hemat waktu.
Karena dari basecamp ke pondok ini kalau jalan kaki kita membutuhkan energi dan
waktu untuk menempuh kurang lebih 8 Km, dan biasanya di tembuh sekitar 4 jam.
Dan ingat! Tidak ada sumber air di gunung raung kecuali di basecamp!
Pondok
sumur
Shelter berikutnya, biasanya di gunakan untuk istirahat sejenak. Dari
sekitar 6 jam perjalanan dari pondok motor. Disini tempatnya tidak begitu luas
cuma cukup untuk 2 tenda saja,
Sumber google. |
Pondok Tonyok
Sekitar 2 jam perjalanan dari
Pondok Sumur. Tempat ini lumayan luas, cukup untuk 4 tenda, tapi penulis
mengabaikan tempat ini untuk tempat bermalam atau mendirikan tenda, karena
alasan memperpendek jangkauan dari camp ke puncak.
Inilah tempat paling
efisien untuk mendirikan camp. Ciri tempat ini adalah pohon kembar berdekatan,
yang di bawahnya kita bisa mendirikan tenda, tapi cuma cukup 2 tenda saja. Dari
sini biasanya dengan metode summit attack untuk pergi ke puncak. Jadi barang
dan logistic kita tinggal di camp, dan melanjutkan perjalanan ke puncak. Hal ini di pilih oleh penulis karena
sangat efisien, dan pendakian akan lebih ringan tanpa membawa beban. Biasanya
summit attack di mulai jam 3 pagi, karena dari pondok demit ke puncak
dibutuhkan waktu 2 jam, jadi kita masih bisa menikmati sunrise di puncak gunung
raung.
Pondok Mayit
Saat kita summit attack, pasti melewati shelter ini. Ini
merupakan tempat yang sangat lapang, tapi sayangnya tempatnya agak miring. Disini kita bisa mendirikan lebih
dari delapan tenda.
Sumber google. |
Pondok Angin
Ini adalah satu-satunya shelter yang memiliki
tempat tang benar-benar terbuka, disini kita merasa di ketinggian, karena
pandangn yang luas dan tanpa terhalang oleh pohon-pohon yang lebat.
Sumber google. |
In Memoriam
Deden Hidayat
Ini merupakan batar vegetasi di gunung raung, di tempat ini
terdapat prasasti in memoriam deden hidayat, adalah seorang pendaki yang tewas
di gunung raung. Dari sini perjalan ke puncak
mempunyai medan yang terjal dan berbatu cadas sampai mengantarkan kita di bibir
kawah.
Sumber google. |
Puncak Raung
Untuk menuju kepuncak di butuhkan nyali yang agak memadai,
soalnya jalur ke puncak kita diwajibkan berjalan di bibir kawah yang membuat
kaki kita kadang merinding. Untuk kesana silahkan ambil jalur ke
kiri atau ke timur dengan medan yang memang menanjak. Dan pilihlah jalur yang
paling aman. Ingat! Keselamatan anda tidak bisa di beli di apotek manapun!
sumber google. |
Pandangan
camp
Untuk pendakian jalur sumber waringin, Bondowoso, penulis menyarankan
untuk menggunakan pondok demit atau atasnya untuk camp.
Ini disarankan jika piknikers
mendaki dengan satu kali bermalam saja. Puncak Puncak gunung raung adalah salah
satu dataran tertinggi di bibir kawah. Yang sebenarnya puncak yang kita
daki dari jalur ini adalah titik tertinggi kedua. Puncak tertinggi pertama
tidak bisa di akses dari jalur ini. Jika ingin ke puncak tertingginya maka para
petualang harus mendaki via jalur selatan yaitu jalur kalibaru di Banyuwangi.
No comments:
Post a Comment